Blog

IAIN Jakarta dan Dunia Riset Islam Kontemporer

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam yang memiliki sejarah panjang dalam mencetak generasi intelektual muslim Indonesia. Berdiri pada era awal kemerdekaan, IAIN Jakarta telah melalui berbagai fase transformasi, mulai dari lembaga pendidikan tradisional hingga menjadi pusat pengembangan ilmu keislaman yang modern dan multidisipliner.

Meski kini secara resmi telah berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2002, nama IAIN Jakarta tetap melekat dalam ingatan masyarakat sebagai tonggak penting pendidikan Islam di Indonesia. https://www.iainjakarta.ac.id/ Artikel ini membahas peran dan kontribusi IAIN Jakarta dalam membangun intelektualitas Islam, peran sosialnya di masyarakat, serta tantangan dan harapan ke depannya.

Akar Sejarah IAIN Jakarta

Cikal bakal IAIN Jakarta bermula dari Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), yang didirikan oleh Departemen Agama Republik Indonesia pada tahun 1957. Tujuan utama dari pembentukan ADIA adalah untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga profesional yang memahami ilmu agama dan mampu berkontribusi di birokrasi dan lembaga-lembaga pendidikan.

Pada tahun 1960, ADIA melebur bersama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Yogyakarta dan menjadi bagian dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Di bawah struktur baru ini, IAIN Jakarta berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi dengan reputasi nasional, yang mendidik para ulama, guru agama, hakim pengadilan agama, dan pemikir Islam modern.

Nama “Syarif Hidayatullah” diambil dari nama asli Sunan Gunung Jati, seorang tokoh penyebar Islam yang berpengaruh di tanah Jawa dan termasuk dalam kelompok Wali Songo. Nama tersebut menjadi simbol dari semangat pembaruan Islam yang berakar pada tradisi tetapi juga terbuka pada kemajuan.

Identitas Akademik dan Keilmuan

Selama puluhan tahun, IAIN Jakarta dikenal sebagai pusat kajian keislaman berbasis teks. Fokus utama pendidikan pada masa-masa awal terletak pada pemahaman Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, Ushuluddin, dan Syariah dalam tradisi klasik. Mahasiswa diajak untuk berpikir kritis, mendalami bahasa Arab, serta mempelajari karya-karya ulama terdahulu secara intensif.

Namun, seiring berjalannya waktu dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang, IAIN Jakarta mulai membuka diri terhadap pendekatan-pendekatan keilmuan yang lebih modern dan multidisipliner. Ini termasuk studi Islam kontemporer, filsafat Islam, ilmu sosial keagamaan, hingga pendekatan-pendekatan interdisipliner terhadap isu-isu masyarakat urban, pluralisme, dan demokrasi.

Dengan reputasinya sebagai institusi akademik, IAIN Jakarta menjadi tempat lahirnya para pemikir Islam progresif, yang tidak hanya memahami teks-teks agama, tetapi juga mampu menafsirkan ulang dalam konteks zaman modern. Gagasan-gagasan seperti Islam inklusif, toleransi antarumat beragama, serta negara-bangsa dalam perspektif Islam banyak dikembangkan di kampus ini.

Struktur Fakultas di Era IAIN

Pada masa kejayaannya sebagai IAIN, kampus ini terdiri dari beberapa fakultas utama:

  • Fakultas Tarbiyah: Menghasilkan tenaga pendidik dan guru agama Islam.
  • Fakultas Syariah: Mendidik calon ahli hukum Islam dan pengacara syariah.
  • Fakultas Ushuluddin: Mengkaji dasar-dasar teologi Islam, filsafat, dan studi perbandingan agama.
  • Fakultas Adab: Fokus pada studi sejarah peradaban Islam, bahasa dan sastra Arab.
  • Fakultas Dakwah: Menyiapkan para da’i dan praktisi komunikasi Islam.

Program-program studi di setiap fakultas sangat mengedepankan nilai-nilai keislaman yang mendalam, dengan metode pengajaran yang klasik seperti halaqah, diskusi teks, serta pembacaan kitab kuning. Namun demikian, IAIN juga mulai menerapkan metode-metode pembelajaran modern seperti riset ilmiah, presentasi kelas, dan penulisan ilmiah.

Dinamika Sosial Mahasiswa

Sebagai kampus yang berada di tengah-tengah dinamika politik dan sosial ibu kota, IAIN Jakarta menjadi tempat lahirnya berbagai gerakan mahasiswa Islam. Mahasiswa IAIN terkenal kritis, aktif berdiskusi, dan sering terlibat dalam aksi-aksi sosial maupun advokasi keagamaan.

Organisasi intra kampus seperti Senat Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa menjadi ruang penggodokan kepemimpinan mahasiswa. Sementara itu, organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMII, dan KAMMI menjadi arena pembelajaran ideologi dan pergerakan Islam dalam perspektif kebangsaan.

Aktivitas keagamaan seperti halaqah, pengajian rutin, shalat berjamaah, dan kegiatan dakwah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kampus. Di sisi lain, mahasiswa IAIN juga aktif dalam kegiatan kesenian, jurnalistik kampus, hingga debat ilmiah antarperguruan tinggi.

Kontribusi Alumni dalam Pembangunan Bangsa

Salah satu kebanggaan terbesar IAIN Jakarta adalah kualitas alumninya. Sejak berdiri, IAIN telah melahirkan banyak tokoh nasional, akademisi, ulama, penulis, dan birokrat yang memainkan peran penting dalam pembangunan Indonesia.

Beberapa alumni ternama antara lain:

  • Prof. Dr. Azyumardi Azra: Cendekiawan Muslim dan sejarawan Islam modern.
  • Prof. Dr. Komaruddin Hidayat: Mantan Rektor UIN Jakarta dan intelektual publik.
  • Dr. Nasaruddin Umar: Imam Besar Masjid Istiqlal dan tokoh moderasi beragama.
  • Lukman Hakim Saifuddin: Mantan Menteri Agama Republik Indonesia.

Para alumni IAIN tersebar di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, peradilan agama, kementerian, hingga media dan LSM. Mereka membawa semangat Islam moderat dan inklusif dalam berbagai lini kehidupan masyarakat.

Menuju Era UIN: Perubahan dan Harapan

Pada tahun 2002, IAIN Jakarta resmi berubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Perubahan ini tidak menghapus identitas IAIN, tetapi justru memperluas cakupan keilmuannya.

Kini, UIN Jakarta memiliki fakultas-fakultas di luar rumpun keagamaan seperti:

  • Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
  • Fakultas Psikologi
  • Fakultas Sains dan Teknologi
  • Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
  • Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Meski begitu, semangat integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum tetap menjadi karakter utama. Mahasiswa kedokteran diajak memahami nilai-nilai etik dalam Islam. Mahasiswa ekonomi dididik memahami ekonomi syariah. Ilmu sosial dan komunikasi diarahkan untuk mendukung nilai-nilai keislaman dalam ruang publik.

Tantangan di Era Modern

IAIN Jakarta (sekarang UIN Jakarta) menghadapi tantangan besar di era digital dan globalisasi. Di antaranya:

  • Menjaga keutuhan nilai-nilai keislaman di tengah arus sekularisasi.
  • Menjawab isu-isu kontemporer seperti radikalisme, Islamofobia, dan intoleransi.
  • Meningkatkan kualitas SDM, infrastruktur, dan daya saing internasional.
  • Membangun jejaring global dengan institusi pendidikan Islam luar negeri.

Tantangan ini harus dijawab dengan inovasi dalam kurikulum, pembelajaran berbasis teknologi, kolaborasi riset internasional, dan peningkatan kapasitas dosen dan peneliti.

Penutup

IAIN Jakarta merupakan institusi yang telah menorehkan sejarah panjang dalam pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Meski kini telah berevolusi menjadi UIN, semangat intelektualisme Islam yang lahir dari tradisi IAIN tetap menjadi jantung kampus ini.

Dengan warisan keilmuan yang kokoh, kontribusi alumni yang luas, serta keberanian untuk bertransformasi, IAIN Jakarta akan terus menjadi garda depan pendidikan Islam yang modern, moderat, dan berdaya saing global.

Jika Anda tertarik, saya juga dapat membuat versi ringkasan artikel ini atau ubah menjadi struktur esai untuk tugas akademik. Mau dilanjutkan ke sana?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *